Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan salah satu kebijakan merdeka belajar yang dilaksanakan pada tahun 2021. AKM fokus pada literasi dan numerasi yang merupakan kemampuan dasar yang dapat digunakan untuk mempelajari materi-materi di pendidikan menengah sehingga peserta didik dapat menyelesaikan tugas sehari-hari dalam pembelajaran yang memperhatikan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif (4C). Berdasarkan literasi dasar yang dimiliki peserta didik dan pembelajaran yang memperhatikan 4C, harapannya terjadi peningkatan karakter di antaranya mandiri, peduli, kesadaran sosial dan budaya.
PROBLEMATIKA PENERAPAN AKM
Sosialisasi AKM sudah dilakukan oleh Kemendikbud semenjak Februari 2020 terhadap peserta didik dan guru-guru di tingkat Pendidikan dasar dan menengah, tak terkecuali di MAN Surabaya. Berdasarkan hasil pertemuan dan diskusi bersama guru-guru MAN Surabaya mendapati beberapa problematik.
“Guru-guru masih merasa asing terhadap soal-soal AKM dan merasa kesulitan mengerjakan soal-soal tersebut karena munculnya stimulus pada setiap soal. Selain itu, guru-guru juga masih bingung dalam mengembangkan soal setara AKM literasi dan numerasi yang konteksnya memperhatikan kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI) untuk mata pelajaran yang diampunya.” Ucap Kepala Sekolah.
Berdasarkan pernyataan kepala sekolah, dapat ditarik simpulan bahwa permasalahan utama yang ada pada sekolah mitra adalah belum tersosialisasikannya soal-soal setara AKM, belum pernah ada pendampingan terhadap guru untuk penyusunan soal setara AKM, dan perlunya tambahan referensi untuk soal AKM. Selain itu, masalah kesetaraan gender dan inklusi sosial (Gesi) tampaknya juga belum menjadi prioritas di MAN. Oleh sebab itu, perlu adanya pengutamaan Gesi untuk soal-soal yang dibuat. Jika guru-guru MAN Surabaya masih merasa asing terhadap soal AKM berbasis Gesi, bagaimana mereka dapat melatihkan kepada peserta didiknya? Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan kegiatan pendampingan secara langsung oleh pakar literasi dan numerasi yang banyak berkecimpung dalam mengembangkan soal AKM.
PENDEKATAN TIM PUSAT STUDI LITERASI UNESA (PLU)

Langkah yang ditempuh Pusat Studi Literasi Unesa adalah memulai sosialisasi secara langsung ke lingkungan sekolah. Sosialisasi dilakukan secara luring oleh pakar literasi Unesa. Adapun Prof. Dr. Kisyani, M.Hum. (Kepala PLU), Dr. Endah Budi Rahaju, M.Pd. (Sekretaris PLU), Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum, MA, Ph.D (Anggota PLU), dan Rooselyna Ekawati, S.Si., M.Sc., Ph.D (Anggota PLU) yang mana memiliki keahlian masing-masing di bidang AKM literasi dan Numerasi.
Sosialisasi dilakukan pada Rabu, 27/04/2021 dan diikuti oleh 61 guru Man Surabaya. Sosialisasi dimulai dengan penyampaian materi yang terdiri atas literasi, numerasi, AKM, kesetaraan gender, inklusi sosial dengan waktu penyampaian masing-masing 2JP. Selanjutnya, diikuti dengan tanya jawab dan diskusi terkait materi yang disampaikan.
“Setelah mengikuti sosialisasi ini, saya paham terkait contoh soal setara AKM dan memiliki pandangan untuk membuat soal AKM dan Gesi. Saya juga yakin mampu membuat soal setara AKM berbasis gesi pada mata pelajaran yang saya ampu.” Komentar salah satu perwakilan guru.
Setelah sosialisasi, pendampingan dilanjutkan dengan workshop tentang soal AKM yang dilaksanakan pada Sabtu, 25/09/2021. Pada pertemuan ini difokuskan untuk praktik pembuatan soal AKM berbasis Gesi. Guru dikelompokkan per mapel untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif. Hal itu juga memudahkan untuk memberikan pendampingan sesuai dengan pakar yang bertugas mendampingi.
Workshop penulisan soal AKM dikemas dalam tiga tahap, yaitu tahap I, II, dan III. Tahap I dimulai dengan penulisan draf awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal para guru dalam mengembangkan soal AKM. Tahap II dilanjutkan perbaikan setelah mendapatkan arahan dari pendampingan para pakar. Di akhiri dengan tahap III, yaitu penulisan final soal AKM. Tiap tahap yang dilalui mendapatkan masukan dan revisi dari pakar literasi AKM yang bertugas mendampingi.
“Kegiatan pelatihan semacam ini agar sering di berikan pada guru-guru milenial.” Kata Bu Zulfah.
“Lebih diintensifkan lagi agar terjalin kerja sama yang harmonis antara UNESA dengan MAN Kota Surabaya.” Ucap Pak Eddi.
Di akhir pertemuan, Bu Endah, selaku ketua pelaksanaan kegiatan memberikan beberapa masukan untuk jangka Panjang penerapan AKM di MAN Surabaya, “(1) merancang pendampingan pengembangan soal setara AKM berbasis GESI fokus pada proses kognitif penalaran (numerasi) dan evaluasi dan refleksi (literasi) supaya guru lebih sering melatih siswa berpikir kritis, (2) merancang pendampingan untuk melakukan penilaian terhadap soal setara AKM berbasis GESI, (3) merancang pendampingan untuk mengembangkan pembelajaran yang penilaiannya sesuai dengan soal setara AKM”.